Penyakit A-Z

Epilepsi: Pengertian dan Jenisnya

epilepsi

Epilepsi adalah penyakit otak yang timbul akibat berlebihnya listrik yang mengatur komunikasi sel-sel saraf di dalam otak. Penderitanya kerap kali mengalami kejang tiba-tiba. Orang yang mengalami epilepsi juga seringkali kehilangan kesadaran.

Baca Juga:

rapid test

Tingkat parahnya epilepsi yang diderita seseorang juga dapat dilihat dari intensitas kekejangan yang ia alami. Pada kasus yang masih terbilang ringan, penderita bisa saja tidak mengalami kejang hebat, melainkan hanya kehilangan kesadaran yang dicirikan dengan tatapan kosong.

Pada kasus yang agak parah, penderitanya menunjukkan gerakan-gerakan kecil di luar sadar pada bagian tangan dan kaki. Bila gangguan sudah semakin parah, orang tersebut bisa sampai terjatuh dan mengalami kejang yang hebat.

Jenis Epilepsi

Dilihat dari faktor penyebabnya, ada dua jenis epilepsi yang bisa dialami seseorang, yaitu:

1. Epilepsi Idiopatik

Ini merupakan gangguan yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak yang berkesimpulan faktor genetik merupakan faktor alami yang membuat seseorang mengalami gangguan otak tersebut.

2. Epilepsi Simptomatik

Sebaliknya dari yang pertama, epilepsi jenis ini dapat diketahui asal-usulnya. Biasanya, yang menjadi faktor penyebab adalah cedera, kerusakan sel otak, tumor otak, luka di kepala, dan lain-lain.

Penyebab Epilepsi

Secara lebih spesifik, dari dua jenis epilepsi di atas, kita bisa menurunkan penyebab penyakit ini ke dalam beberapa faktor. Berikut di antaranya:

1. Faktor genetik

Beberapa pendapat mengatakan bahwa seseorang bisa mengalami epilepsi apabila secara genetik dirinya mewarisi penyakit ini. Maksudnya, apabila orangtua dari seseorang, baik ayah maupun ibu, memiliki riwayat penyakit epilepsi, atau kelainan sel otak lain yang bisa memicu epilepsi, maka kondisi tersebut bisa jadi diwariskan kepada anaknya.

2. Masalah perkembangan sejak kecil

Selain kelainan otak yang diwariskan secara genetik, masalah perkembangan yang dialami seseorang sejak kecil, seperti autisme, juga dapat menjadi penyebab seseorang mengidap epilepsi.

3. Cedera kepala

Cedera kepala bisa muncul dari peristiwa jatuh, kecelakaan, atau terjadinya benturan lain di bagian kepala. Cedera ini cenderung dikategorikan dalam tingkat berat, sebab yang terluka bukan hanya bagian kepala. Benturan pada kepala yang mengakibatkan kerusakan di organ dalam kepala dapat menjadi faktor penyebab epilepsi.

4. Gangguan dalam kandungan

Bayi yang tidak mendapat asupan nutrisi cukup sejak dalam kandungan, kekurangan oksigen, atau terkena infeksi di dalam rahim juga berpotensi mengalami penyakit ini. Itulah sebabnya, seorang wanita hamil harus menjaga kondisi dirinya dan kandungannya. Cedera yang terjadi pada janin dapat menyebabkan sang anak lahir dengan gangguan kesehatan.

5. Penyakit otak

Penyakit-penyakit yang menyerang organ otak, misalnya tumor, kanker, atau stroke berpotensi menjadi salah satu penyebab seseorang menderita penyakit ini. Stroke, contohnya, menjadi penyebab epilepsi nomor satu pada orang dewasa di atas umur 35 tahun.

6. Penyakit menular lain

Penyakit menular lain, di antaranya meningitis, HIV/AIDS, juga dapat menjadi penyebab epilepsi. Namun, hubungan keberadaan penyakit menular tersebut dengan epilesi tidak terjadi secara langsung.

Artinya, tidak semua kasus penderita penyakit menular berat mengalami epilepsi. Hubungan yang biasa terjadi di antara keduanya adalah hubungan tidak langsung, yakni melalui pelemahan sistem imun atau gangguan tubuh secara umum. Tubuh yang melemah akibat penyakit menular berat lebih rentan untuk terjangkit penyakit-penyakit lain.

Gejala Epilepsi

Penyakit epilepsi merupakan penyakit yang gejalanya dapat dilihat dengan mata. Kamu patut mewaspadai dirimu atau orang di sekitarmu apabila tanda-tanda di bawah ini sudah tampak:

  • Kejang tubuh
  • Hilang kesadaran ringan, yang ditandai dengan menatap kosong ke satu titik untuk beberapa saat
  • Hilang kesadaran berat, yang ditandai dengan pingsan
  • Otot pada tangan, kaki, wajah, dan leher kaku dan beberapa bagian tubuh bergerak menyentak di luar kendali
  • Gangguan psikis berupa emosi yang meledak-ledak, misalnya berteriak atau menangis secara berlebihan

Jika kamu melihat seseorang mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, inilah pertolongan pertama yang bisa kamu lakukan:

  • Memberi ruang untuknya bernafas dengan cara tidak berkerumun di depannya
  • Melonggarkan kancing kemeja, dasi, atau apa pun yang menyesakkan lehernya
  • Buka rahangnya pelan-pelan agar udara bisa masuk
  • Singkirkan benda-benda berbahaya dari jangkauannya
  • Cobalah untuk terus berkomunikasi dengan penderita agar kamu dapat mengetahui kapan ia tersadar

Sebaliknya, inilah hal-hal yang tidak boleh kamu lakukan kepada orang yang sedang mengalami epilepsi:

  • Menahan kejang tubuhnya. Ini akan membuat otot penderita semakin kaku dan bisa berujung pada cedera
  • Memberi makanan atau minuman apa pun
  • Memaksa penderita mengeluarkan lidahnya

Apabila gejala berlangsung selama lebih dari lima menit, segeralah hubungi dokter agar penderita bisa langsung mendapat penanganan medis. Untuk kasus kejang yang terjadi pada ibu hamil atau kejang di dalam air, sebaiknya juga langsung ditangani oleh tenaga medis profesional untuk mendapat pemeriksaan yang lebih komprehensif.

Dokter biasanya akan melakukan diagnosis awal dengan memeriksa kondisi fisik pasien. Untuk mengetahui kondisi organ dalam, dokter dapat melakukan serangkaian tes. Tujuannya adalah guna menemukan penyebab pasti penyakit.

Dokter bisa memberikan resep obat sebagai terapi. Ini umumnya dilakukan pada pasien dengan kondisi yang belum terlalu parah. Selain itu, dokkter juga dapat melakukan tindakan operasi jika memang ditemukan bagian yang rusak pada otak pasien.

Operasi yang dilakukan dapat berupa pengangkatan bagian otak yang rusak, ataupun penyayatan bagian otak lain sebagai bentuk pencegahan penyakit menjalar semakin luas. Pascaoperasi, si pasien umumnya akan mengalami penurunan kemampuan kognitif temporer maupun permanen, tergantung pada tingkat parahnya penyakit yang dialami.

Jika kamu memiliki gejala seperti diatas, jangan ragu untuk mengonsultasikannya ke dokter menggunakan Okadoc ya!

Kamu bisa tanya jawab dokter dan konsultasi lewat video call untuk berbagai masalah kesehatan lho! Yuk download aplikasi Okadoc sekarang juga di Play Store dan App Store.

konsultasi virtual
Related posts
Penyakit A-Z

Bronkitis Akut; Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Penyakit A-Z

Rheumatoid Arthritis: Gejala, Faktor Resiko dan Pengobatan

Penyakit A-Z

Mata Lelah: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Penyakit A-Z

Gastroenteritis Pada Dewasa; Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati